Paper
Karangan
Ilmiah, Semi Ilmiah, Non Ilmiah
Di ajukan untuk memenuhi tugas
Tata Tulis & Komunikasi Ilmiah
Nama : Chrisnawati Manik
NPM : 31413909
Kelas : 1ID07
FakultasTeknologi Industri
Jurusan Teknik Industri
Universitas Gunadarma
2013 – 2014
PENDAHULUAN
Karangan merupakan karya
tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
menyampaikan karangannya melalui bahasa tulis kepada pembaca. Karangan juga merupakan bentuk ungkapan perasaan dan hasil pemikiran penulis dalam kesatuan tema yang dituangkan dalam suatu tulisan yang teratur yang dapat di baca orang semua orang. Karangan terdiri dari karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan karangan persuasi.
Dalam artikel ini akan dibahas tentang 3 jenis karangan, yaitu: karangan ilmiah, karangan non ilmiah, dan karangan semi ilmiah. Berikut ini penjelasannya.
I. Karangan
ilmiah
Karangan ilmiah adalah
biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang
atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya
ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan
artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan
ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah
tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau
pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi,
khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti
makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya
merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam.
Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan
simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap
karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang
dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai
wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan karya ilmiah,
antara lain:
- Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
- Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
- Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
- Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
- Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis
adalah berikut:
- Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
- Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
- Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
- Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
- Memperoleh kepuasan intelektual;
- Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
- Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
II. Karangan
Non Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah
karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan
biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak
terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis
non-ilmiah, yaitu:
- Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
- Fakta yang disimpulkan subyektif,
- Gaya bahasa konotatif dan populer,
- Tidak memuat hipotesis,
- Penyajian dibarengi dengan sejarah,
- Bersifat imajinatif,
- Situasi didramatisir,
- Bersifat persuasif.
- Tanpa dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk
karya non-ilmiah, yaitu:
- Dongeng
- Cerpen
- Novel
- Drama
- Roman.
III. Karangan
Semi Ilmiah
Karya tulis semi ilmiah
merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan
yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung
dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga
merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan
dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode
ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam kary tulis ini.
Karya tulis semi ilmiah biasanya digunakan dalam komik, anekdot, dongeng,
hikayat, novel, roman dan cerpen.
IV. Perbedaan
Karya Ilmiah dengan Nonilmiah
Istilah karya ilmiah dan
nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia
tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa
menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan
tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah
maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya
memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat
dicermati dari beberapa aspek.
- Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
- Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
- Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan
nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk
semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara
karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193)
menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah,
ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi
karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di
bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis
tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih
mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus.
Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati
kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis,
sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi
bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu
terdapat pada karangan semiilmiah.
Berdasarkan karakteristik
karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang
tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis,
disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature,
kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot,
dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat
bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta
umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya
bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya
nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya
nonilmiah bersifat, antara lain :
- Emotif : merupakan kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi
- persuasif : merupakan penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative
- Deskriptif : merupakan pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan
- Jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
Kesimpulan :
1. Perbedaan Karya Ilmiah dengan Semi Ilmiah
Karya Ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia resmi, yaitu meneranpkan EYD,
diksi, menggunakan kata baku atau ilmih, tidak bersifat kedaerahan dan bukan
populer. Berbeda dengan Semi Ilmiah yang merupakan sebuah penulisan yang
menyajikan fakta dan diksi yang kebenarannya dapat diuji. Tetapi bersifat
populer.
2.
Perbedaan
Karya Ilmiah dan Non Ilmiah
Karya Ilmiah berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis dan
metodis merupakan karya yang menggunakan metode-metode atau cara-cara dalam
penulisan karya ilmiah. Sedangjan non ilmiah tidak bersifat sistematis. Terkadang
bersifat abstrak.
Referensi :
Karangan non ilmiah
Seuntai Kalung Mutiara Fatimah
Di sebuah kota, hiduplah seorang wanita janda yang
cantik dan awet muda, namanya Fatimah. Suaminya telah meninggal dan dia tak
punya anak, dia miskin dan tinggal di sebuah rumah kecil tanpa isi. Pakaiannya
hanya 3, begitu pula jilbabnya, sepatu alas kakinya hanya dua. Menunggu alas
kaki kayu seperti bakiak yang selalu digunakannya menyempit dan baru
menggunakan alas kaki sepatu dari suaminya yang saat dibelikan kebesaran di
kaki Fatimah. Pasti jika si
alas kaki kayu ini sudah menyempit kakinya muat di sepatu itu. Hmm… Bajunya itu
tiga-tiganya gamis terusan muslimah dan jilbab putih tiga-tiganya. Meski
pakaiannya itu-itu saja penduduk tak pernah mengejeknya dan selalu sopan.
Dia tinggal sendirian di rumahnya itu, tapi dia
sangat dermawan dan baik hati, tetangga-tetangganya pun kenal baik dengan
Fatimah, harta peninggalan suaminya hanyalah seekor kambing betina, dan seuntai
kalung mutiara putih yang indah sekali. Setiap hari dia makan apa adanya.
Untunglah, Pak Sabar, orang kaya yang baik sekali itu tiap hari memberi Fatimah
sepiring nasi dan lauk kecil, seperti tempe, dan Pak Sabar yang baik itu juga
memberi Fatimah seekor kambing jantan.
Suatu Hari, datanglah seorang pengembara yang
kelaparan, Fatimah kebingungan, karena dia sendiri tak punya makanan. Lalu dia
ingat kepada kedua kambingnya, dia pun berniat menyembelih kambing betinanya
yang sekarang jarang sekali mengeluarkan susu.
“Tunggu sebentar ya, saya akan menyembelih dahulu kambing betina saya”, kata
Fatimah pada pengembara itu. “Sebentar, nyonya. Saya sarankan sebaiknya anda
menyembelih kambing yang jantan saja, karena kelak kambing betina itu berguna
untukmu”, kata pengembara itu dengan kata-kata membingungkan.
Walau begitu dia menuruti saran pengembara itu,
dia pun menyembelih kambing yang jantan dengan islami tentunya walau disembelih
oleh sendiri. Meski agak lama, si pengembara tetap sabar karena dia tau
menyembelih kambing memang tak mudah apalagi dilakukan oleh seorang perempuan. Lalu
memberikan dagingnya kepada si pengembara, pengembara itu makan dengan lahap,
setelah makan, ia pamit dan menyerahkan sejumlah uang pada Fatimah.
“Oh, tak apa tuan. Uang ini untuk anda”, kata
Fatimah. Akhirnya pengembara itu pergi. Tapi diam-diam si pengembara kagum
dengan kebaikan hati Fatimah menyembelih kambingnya sendiri walau sendirinya
kelaparan dan si pengembara meninggalkan sejumlah uang itu di meja Fatimah
dengan sebuah surat. Fatimah geleng-geleng kepala dan bersyukur lalu berdoa
supaya si pengembara tadi mendapat balasan yang lebih dari sekadar uang. Karena
uangnya juga banyaaak… Fatimah menggunakannya untuk membeli makanan untuk
dirinya dan sedikit rumput segar untuk si kambing betina yang tinggal sendiri. Sisanya
ditabung.
Sorenya seperti biasa dia bekerja dengan
membantu-bantu di rumah Nyonya Kris, malamnya pun dia makan sederhana seperti
biasanya. Keesokan Harinya…
Fatimah sedang membersihkan rumahnya, sorenya, dia mendengar ada seorang saudagar kaya yang membutuhkan pertolongan, dia pun dengan senang hati menolongnya tanpa imbalan.
Fatimah sedang membersihkan rumahnya, sorenya, dia mendengar ada seorang saudagar kaya yang membutuhkan pertolongan, dia pun dengan senang hati menolongnya tanpa imbalan.
Saat tiba di rumahnya, dia mengusap keringatnya
dan mengambil segelas air, tiba-tiba… Tok! Tok! Pintu rumah kecilnya
diketuk-ketuk. Fatimah membuka pintu dan ternyata yang datang adalah seorang
pengemis lusuh tanpa baju dan hanya memakai celana. “Assalamualaikum, nyonya…
permisi, bisakah anda membantu saya, memberikan uang atau pakaian?” tanya
pengemis itu pelan. Fatimah bingung lagi, dia tak punya makanan, uang, dan
pakaian miliknya hanya tinggal dua pasang dan dua-duanya adalah setelan kaus
panjang dengan rok panjang. “Maaf… saya tidak memiliki uang, dan pakaian saya
pun hanya ini dan dua pasang lagi, tapi keduanya adalah baju terusan rok dan
kaus” kata Fatimah. Akhirnya. “Oya pak, saya hanya tinggal memiliki ini,
ambillah pak!” kata Fatimah, menyerahkan kalung mutiara putihnya itu. Fatimah
lupa bahwa dia tadi punya uang, dan ketika ingat, Fatimah menyerahkan sebagian
kecilnya kepada si pengemis. “Terimakasih, nyonya! Terimakasih!”pengemis itu
mengucapkan terimakasih dan lalu pamit. Fatimah menutup pintunya, sementara,
pengemis itu berjalan senang menuju rumah seorang petani sederhana, tak kaya,
tak miskin. Dia memberikan kalung mutiara dari Fatimah dan petani itu
menukarnya dengan pakaian, pengemis itu sangat senang dan langsung memakai
pakaiannya.
Sementara itu
di rumah petani, si petani langsung memberikan kalung mutiara itu pada saudagar
kaya yang ditolong Fatimah, dan saudagar kaya itu menukarnya dengan makanan dan
pakaian lagi. Si petani juga senang. Di rumah saudagar kaya…
“Indah sekali! Oh, sebaiknya kuberikan kalung ini pada Fatimah! Dia sudah menolongku! Kalau saja dia tak menolong..” kata saudagar itu. Apa?? Saudagar kaya itu berjalan ke rumah Fatimah. Lalu dia memberikan kalung mutiara itu yang sejak awal milik Fatimah kepada Fatimah. Fatimah sangat terkejut… Setelah itu saudagar kaya itu pulang.
Kalung mutiara berharga milik Fatimah yang Fatimah berikan pada seorang pengemis, akhirnya kembali lagi ke tangan Fatimah setelah berpindah-pindah pemilik, berkat kebaikan hati mutiara Fatimah yang seperti mutiara di kalung itu… sama cerahnya, sama bersinarnya, dan sama putihnya.
“Indah sekali! Oh, sebaiknya kuberikan kalung ini pada Fatimah! Dia sudah menolongku! Kalau saja dia tak menolong..” kata saudagar itu. Apa?? Saudagar kaya itu berjalan ke rumah Fatimah. Lalu dia memberikan kalung mutiara itu yang sejak awal milik Fatimah kepada Fatimah. Fatimah sangat terkejut… Setelah itu saudagar kaya itu pulang.
Kalung mutiara berharga milik Fatimah yang Fatimah berikan pada seorang pengemis, akhirnya kembali lagi ke tangan Fatimah setelah berpindah-pindah pemilik, berkat kebaikan hati mutiara Fatimah yang seperti mutiara di kalung itu… sama cerahnya, sama bersinarnya, dan sama putihnya.
Analisa :
- Dilihat dari penggunaan EYD
a.
Tanda koma ( , )
a.
Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya.
b.
Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
c.
Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat.
d.
Dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
e. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain dalam kalimat.
b. Tanda
titik ( . )
a.
Tanda titik digunakan di akhir suatu kalimat
b.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi
jarak satu ketukan.
c. Tanda
petik (“...“)
a.
Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
dan naskah atau bahan tertulis lain.
b.
Mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
d.
Tanda titik dua ( : )
a. dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
b. dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
c. dipakai untuk menandakan nisbah (angka
banding).
e. Tanda tanya (?)
a. dipakai
pada akhir tanya.
b. dipakai di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
- Pemilihan kata (diksi)
Merujuk pada
pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.
Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas
sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan
ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada
pemilihan kata dan gaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar